Pusat Penelitian Pedesaan dan Pengembangan Daerah

Loading

Pusat Penelitian Pedesaan dan Pengembangan Daerah

Archives November 2016

Rapat Penyusunan SOP Pengendalian Hama & Penyakit Tanaman

Rabu, 23 November 2016 bertempat di ruang PUSLITDESBANGDA LPPM UNS, diadakan rapat koordinasi kegiatan Penyusunan SOP Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman di Kabupaten Grobogan. Kegiatan ini diselenggarakan PUSLITDESBANGDA bekerja sama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Grobogan, dengan melibatkan Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan – Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang ada di Kabupaten Grobogan. Untuk tim dari PUSLITDESBANGDA diwakili oleh Prof. Dr. Ir. Sudibya, MS; Dr. Ir. Supriyadi, MS (Prodi Agroteknologi-Ilmu Hama Tumbuhan UNS), sedangkan perwakilan dari Grobogan adalah Bp. Sutomo, Kasmuji, Budiyono, Dargo dan Sudiro.

Tujuan dari kegiatan ini antara lain: 1) sebagai bahan dan sumber informasi yang memuat tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman; 2) terwujudnya pedoman dan standar kerja dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman; serta 3) terwujudnya penanganan hasil pertanian yang baik sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian.

Penguatan Ketahanan Pangan Nasional Melalui Optimalisasi Budidaya Padi di Lahan Pesisir dengan Metode SRI “Jejer Kalenan”

whatsapp-image-2016-11-17-at-155218

whatsapp-image-2016-11-17-at-0124123

whatsapp-image-2016-11-17-at-1547581

Ketua : Dr. Ir. Minar Ferichani, MP
Skim : Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) Tahun ke-2
Sumber Dana : DIKTI
Lama Penelitian : 3 Tahun

ABSTRAK

Peningkatan ketahanan pangan padi melalui optimalisasi potensi sumberdaya di kawasan pesisir merupakan strategi yang menjunjung tinggi karakter Indonesia sebagai negara kepulauan. Potensi ekologis dan demografis di wilayah pesisir di antaranya adalah hinterland of mangrove forests. Melalui modifikasi metode System of Rice Intensification (SRI) menjadi SRI jejer kalenan merupakan program tahun I yang dilaksanakan di hinterland Hutan Mangrove Laguna Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Fokus utama penelitian di tahun I adalah adaptasi SRI jejer kalenan di lahan tadah hujan (rain-fed) dataran rendah di hinterland hutan mangrove dengan tambahan percobaan (trial) di lahan tergenang air asin sebagai persiapan program tahun II.  Hasil metode SRI yang pernah dilakukan ketua peneliti di dataran rendah Kabupaten Bantul menunjukkan R/C ratio sebesar 4,8; sementara metode konvensional sbesar 3,16.  Pengembangan metode SRI dengan memperkenalkan inovasi berupa SRI jejer kalenan memiliki potensi untuk pengembangan penelitian lebih lanjut agar diperoleh hasil yang mantap dengan tujuan jangka panjang untuk mengoptimalisasi potensi lahan pesisir guna mendukung dan mencapai ketahanan dan keamanan pangan lokal dan juga nasional.  Tujuan khusus penelitian terapan ini adalah meningkatkan ketahanan pangan lokal di hinterland hutan mangrove melalui budidaya padi dengan metode SRI jejer kalenan.

Penelitian tahun II tidak hanya berfokus di lahan tadah hujan dataran rendah hinterland Hutan Mangrove Laguna Segara Anakan, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, namun juga berfokus di  lahan tergenang pasang surut air asin dan lahan tadah hujan di lereng perbukitan Nusakambangan. Metode dasar dalam penelitian tahun II adalah action research yang berfungsi untuk melihat secara nyata efektifitas dan potensi penerapan suatu inovasi di lapangan. Penelitian melibatkan petani-petani lokal yang tergabung dalam Kelompok Tani Sidomuncul, Kelompok Tani Gragalan Mataram dan juga mitra pemberdaya dan industri dari Lembaga Joglo Minar Tani, Yogyakarta.  Metode analisis menggunakan metode komparasi untuk melihat komparasi pengembangan metode SRI jejer kalenan dan konvensional (kontrol). Untuk mendukung kelancaran penelitian dan difusi jangka panjang dan lebih luas lagi pascaprogram, penelitian didukung beberapa kegiatan seperti pengadaan sarana pengairan, perbaikan agroekosistem, Sekolah Lapangan, Focus Group Discussion, dan uji laboratorium. Metode komparasi pada tahun II meliputi analisis ekonomi dan fisiologi tanaman padi (jumlah anakan dan jumlah biji padi per rumpun), sedangkan terkait dengan pengembangan metode SRI jejer kalenan, analisis juga meliputi analisis sosial yang meliputi pengetahuan, adopsi, dan motivasi.  Alat analisis yang digunakan meliputi regresi linier berganda, chi square, skala likert, dan uji proporsi. Analisis ekonomi meliputi pengukuran terhadap biaya, penerimaan, pendapatan, efisiensi produksi, dan R/C rasio.

Kata kunci: System of Rice Intensification, hinterland,  R/C rasio, adopsi, motivasi

Bintek Pelayanan Prima dan Penanaman Modal

whatsapp-image-2016-11-16-at-181709-51

Senin, 14 November 2016 bertempat di Rumah Kedelai Kabupaten Grobogan, PUSLITDESBANGDA LPPM UNS bekerja sama dengan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Grobogan menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bintek) Pelayanan Prima dan Penanaman Modal bagi Aparatur Perizinan pada BPPT Kabupaten Grobogan. Bintek tersebut diikuti oleh 40 karyawan BBPT Kabupaten Grobogan dan dimulai dari pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 12.30 WIB yang dibagi dalam 2 sesi. Untuk sesi pertama dengan materi “Peningkatan Motivasi Kerja bagi Karyawan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dalam Rangka Meraih ISO 9001:2015” yang disampaikan oleh Lukman Hakim, SE, M.Si, Ph.D dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS; sedangkan sesi kedua dengan materi “Sosialisasi Sistem Manajemen Mutu untuk Meraih ISO 9001:2015” disampaikan oleh Anas Wibawa, SE, M.Si, Ak, CA dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS.

ISO 9001 merupakan standar yang menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen mutu, dan sebuah versi baru dari standar, ISO 9001: 2015 telah diluncurkan, menggantikan versi sebelumnya yaitu ISO 9001: 2008. Dengan dapat diraihnya ISO 9001:2015 ini membantu suatu bisnis dan organisasi untuk menjadi lebih efisien dan meningkatkan kepuasan pelanggan atau dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan stakeholder lainnya yang berkepentingan dengan pekerjaannya (-Desi-).

Pengaruh Nilai Ekonomi Modal Sosial bagi Kelompok Tani Sabuk Hijau di Tepian Waduk Kedung Ombo terhadap Sikap Kemandiriannya dalam Mengelola Lahan Sabuk Hijau

Ketua : Dr. Sutopo, MS
Skim : Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) Tahun ke-2
Sumber Dana : DIKTI
Lama Penelitian : 2 Tahun

ABSTRAK

Pengelolaan sabuk hijau di sekitar kawasan waduk berdasarkan suatu pemikiran bahwapengembangan suatu daerah merupakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidupagar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan keserasian, keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Usaha ke arah itu didasarkan kepada suatu wawasan wilayah yang berorientasi pada pengembangan potensi, mempertimbangkan kemampuan aparatur pemerintah dan lembaga kemasyarakatan yang ada, serta menumbuhkan peranserta masyarakat dalam pembangunan di berbagai sektor.

Sejak dahulu sampai saat ini sabuk hijau di sekitar Waduk Kedung Ombo itu telah dikelola oleh kelompok-kelompok tani pengelola sabuk hijau, yang tentu harus didampingi oleh para penyuluh pertanian, dan dari DPU serta LSM dan kalangan perguruan tinggi Pengelolaan sabuk hijau di sekitar kawasan waduk agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat dengan tetap memperhatikan keserasian, keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk tercapainya pembangunan waduk tersebut, diperlukan peranserta masyarakat yang tinggi dan berkelanjutan khususnya masyarakat di sekitar, yaitu masyarakat yang tinggal di dataran yang lebih tinggi di lingkungan waduk. Oleh pemerintah daerah dan para stakeholder pengelola waduk tersebut akhirnya membentuk kelompok tani pengelola waduk. Mengingat sejarah penggenangan waduk Kedung Ombo banyak masalah, akhirnya pemerintah daerah dan berbagai pihak banyak yang membantu sarana dan prasarana, sehingga para anggota kelompok tani tersebut seperti manja dalam mengelola lahan sabuk hijau. Namun ada kecenderungan kegiatan ekonomi para kelompok tani saat ini belum banyak mengalami perubahan utamanya dalam kesejahteraannya. Salah satu potensi sosial budaya tersebut adalah modal sosial. Secara sederhana modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk mengorganisir diri sendiri dalam memperjuangkan tujuan mereka. Modal sosial menunjuk pada jaringan, norma dan kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas masyarakat. Modal sosial akan dapat menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya memiliki nilai ekonomi yang besar dan terukur untuk itu diperlukan model pemanfaatan modal sosial dikaitkan dengan sikap kemandirian para anggota kelompok tani. Untuk itu, yang menjadi rumusan masalah antara lain bagaimana tersusunnya SOP Konservasi lahan sabuk hijau yang dikelola berwawasan lingkungn hidup Bahwa modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial, seperti kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks) yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat (Lubis, 2001). Di masa-masa mendatang sudah waktunya modal sosial di tepian waduk Kedung Ombo ini perlu dianalisa dengan menggunakan rantai nilai. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian masyarakat antara lain: tanggung jawab, mandiri, pengalaman praktis, otonomi dan kemampuan memecahkan masalah. Keluaran dalam kajian ini: sebuah paper tentang komunikasi sosial dan penindasan sosial yang dimuat di jurnal ilmiah di Journal of Society and Communication Vol. 2016 ISSN diterbitkan di Amerika Serikat.

Kata Kunci: kemandirian, modal sosial, lahan sabuk hijau dan rantai nilai

Strategi Pengembangan Kain Celup Ikat (Jumputan, Pelangi dan Tritik) sebagai Upaya Pelestarian Budaya melalui Industri Kreatif di Yogyakarta dan Sekitarnya

Ketua : Dr. Ir. Mohammad Harisudin, M.Si
Skim : Penelitian Strategis Nasional (Stranas) Tahun ke-2
Sumber Dana : DIKTI
Lama Penelitian : 2 Tahun

ABSTRAK

Kebutuhan masyarakat terhadap kain serupa batik, tritik, jumputan dan pelangi, menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Dewasa ini, kain-kain ini sering dipergunakan sebagai kain kaos, tas, baju, maupun kaos kaki. Kain serupa batik ini banyak diproduksi di Yogyakarta dan Solo. Desain dan model kain celup ikat memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri sehingga mempunyai selling point yang relatif menarik. Efisiensi di semua aspek diperlukan untuk menghadapi persaingan dengan negara lain. Hal ini mencakup pengadaan bahan baku, produksi sampai pemasaran, dengan demikian dapat dihasilkan produk-produk yang berkualitas dengan harga bersaing. Pengrajin celup ikat di Yogyakarta dan Solo perlu meningkatkan kualitas dan menyusun strategi yang tepat untuk kesuksesan celup ikat di pasar domestic maupun internasional. kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan desain baru corak kain celup ikat yang diminati masyarakat modern dan disesuaikan dengan tren fashion masa kini dan menciptakan inovasi teknik produksi desain baru corak kain celup ikat (tritik, jumputan dan pelangi) di Yogyakarta dan sekitarnya guna meningkatkan kualitas kain celup ikat dalam persaingan dengan produk tekstil lainnya di pasar domestik maupun internasional. kegiatan dilakukan di Yogya dan sekitarnya.

Penggunaan Bolus Sapi Perah sebagai Sumber Mikroba dalam Fermentasi Limbah Pertanian dan Suplementasi Molases Blok untuk Pakan Ternak di Kab Wonogiri

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sudibya, MS
Skim : Iptek bagi Masyarakat (IbM)
Sumber Dana : PNBP UNS
Lama Penelitian : 1 Tahun

RINGKASAN

Penggunaan limbah pertanian sebagai pakan ternak ruminansia mempunyai keterbatasan yaitu adanya kandungan serat kasar yang tinggi sehingga daya cernanya rendah. Agar penggunaan dari limbah pertanian dapat ditingkatkan nilai daya cernanya (nilai nutriennya) sehingga perlu adanya metode pengolahan antara lain dengan fermentasi.

Melalui fermentasi maka limbah pertanian dapat ditingkatkan kualitas dan daya cernanya. Selanjutnya biasanya peternakan rakyat dalam memberikan pakan khususnya bahan baku konsentrat tidak selalu rutin artinya diberikan pada waktu musim panen padi saja, sehingga kecukupan nutrient dari ternak belum memenuhi baik secara kualitas dan kuantitasnya. Oleh karena itu perlu pakan tambahan dalam hal ini urea molasses blok.

Tujuan pertama dari kegiatan ini yaitu: a) memproduksi fermentasi dari limbah   pertanian yang baik, b) menumbuhkan budaya penerapan Ipteks hasil penelitian perguruan tinggi secara komersial, c) menumbuhkan usaha kecil menengah, d) meningkatkan sumber daya manusia, e) menciptakan lapangan kerja, f) memanfaatkan potensi sumber daya daerah khususnya limbah pertanian dan g) menumbuhkan kegiatan usaha yang income generating. Tujuan yang kedua dari kegiatan ini yaitu ingin menambahkan molasses blok untuk meningkatkan nilai nutrien sehingga daya cerna dari konsentrat ternak meningkat, akibat lebih lanjut pertambahan bobot badan ternak akan meningkat.

Target luaran dari kegiatan ini adalah: a) tercapainya peternak yang mampu melakukanpengelolaan pakan dengan silase dan fermentasi dari limbah pertanian  sebagai teknologi tepat guna, b) ketersediaan pakan sepanjang tahun dapat terpenuhi, sehingga peternak tidak kesulitan dalam pemberian pakan ternak. Selain itu suplementasi molasses blok akan meningkatkan nilai nutrient bahan dan nilai kecernaanya bertambah akibat lebih lanjut   produktifitas ternak meningkat terutama bobot badan sapi dan kambing, sehingga pendapatan peternak bertambah.

Manfaat dari kegiatan tersebut adalah menambah pengetahuan kepada peternak dalam bidang bahan pakan terutama hijauan, meningkatkan keterampilan peternak dalam mengolah limbah pertanian dengan teknik fermentasi menjadi bahan baku hijauan yang siap keberadaannya sepanjang tahun dan dapat meningkatkan nilai nutriennya serta suplementasi molasses blok dapat meningkatkan nilai nutrient konsentrat.

Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah ceramah, percontohan dan evaluasi kegiatan. Khalayak sasaran yang strategis adalah kelompok ternak sapi potong dan ternak kambing.

Lokasi kegiatan adalah di kelompok ternak “Ngudi Hasil” di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri dan kelompok ternak kambing “TirtaSari” Desa Bakalan Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri.Beberapa institusi yang terlibat antara lain Dinas Peternakan Kabupaten Wonogiri, Universitas Sebelas Maret serta Pemerintah Desa Jendi Kecamatan Selogiri dan Desa Bakalan Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri.

Sebagai kerangka berfikir untuk memecahkan masalah adalah diperlukan adanya pendekatan dengan masyarakat setempat agar terjadi interaksi sosial. Pendekatan tersebut menggunakan sistem instruksional dalam bentuk penyuluhan dan percontohan. Adanya dan interaksi sosial tersebut diharapkan tumbuh pengertian yang memberikan manfaat bagi masyarakat tersebut. Adapun yang menjadi khalayak sasaran adalah masyarakat peternak sapi potong sebanyak 32 orang di wilayah Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri termasuk para ketua kelompok, anggota kelompok dan pamong ternak dan 28 orang di wilayah Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) adalah metode penyuluhan dan percontohan pembuatan  fermentasi dari limbah pertanian dan suplementasi molasses blok.

Berdasarkan hasil survei dari tim kegiatan program IbM telah dilaksanakan di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri dan Desa Bakalan Kecamatan Purwantoro.  Seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai dengan orientasi lapang sampai pada percontohan pembuatan silase dan fermentasi dari limbah pertanian serta suplementasi molasses blok terus evaluasi tahap akhir selesai pada pertengahan bulan September 2016.

Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peternak di Desa Jendi Kecamatan Selogiri dan Desa Bakalan Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri cukup baik, dibuktikan bahwa sekitar 85 persen peserta memberikan respon yang antusias untuk menindaklanjuti materi yang telah disampaikan selama kegiatan berlangsung.

Berdasarkan pelaksanaan dan evaluasi hasil kegiatan dapat disimpulkan bahwa delapan puluh lima (85) persen peserta dapat menyerap dan melakukan kembali pembuatan silase dan fermentasi dari limbah pertanian sebagai pakan ternak sapi potong serta suplementasi molasses blok sebagai pengganti konsentrat.  Semua peserta sadar akan pentingnya pola pakan sepanjang tahun yang berkesinambungan dengan memanfaatkan limbah pertanian. Namun ada diantara peserta yang kurang mampu meluangkan waktunya untuk membuat silase dan fermentasi limbah pertanian dengan bolus ternak ruminansia dan suplementasi molasses blok untuk mengganti konsentrat secara berkesinambungan.

Disarankan perlunya evaluasi yang kontinyu untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut yaitu mengenai perubahan sikap peternak dan produktivitas ternaknya, sehingga setiap materi yang disampaikan kepada peternak mampu diserap dan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Kata kunci: bolus sapi perah, fermentasi limbah pertanian dan molasses blok

Workshop Evaluasi Borang dan Sistem Akreditasi Pusat Studi

Senin, 7 November 2016 bertempat di Hotel Dana Surakarta, PUSLITDESBANGDA LPPM UNS mengikuti workshop “Evaluasi Borang dan Sistem Akreditasi Pusat Studi di Lingkungan LPPM UNS Surakarta”. Workshop dihadiri oleh para kepala pusat studi dan stafnya masing-masing beserta seluruh jajaran staf dan pimpinan LPPM UNS. Evaluasi borang dan sistem akreditasi pusat studi tahun ini tidak lagi berdasarkan pada dokumen isian borang yang harus dijilid, melainkan menggunakan sistem baru yang berbasis pada luaran/output yang diinput secara online ke dalam iris1103. Dengan menggunakan sistem ini akan lebih simpel dan mudah bagi pusat studi dalam menginput kinerjanya masing-masing.